"Sengit ning Ndulit"
Lagi nyuci tangan di wastafel, muncul kata-kata itu.
'Sengit ning ndulit' seringkali diungkapkan untuk menjelaskan pada sesuatu/seseorang yang dibenci, tetapi kemudian akhirnya disukai/dicontoh/ditiru.
Entahlah..,
bagaimana bisa kemudian muncul istilah itu, karena dulu - saya juga hanya mendengar obrolan nenek-nenek kalau lagi makan 'sambelan' bersama tetangga.
Mereka bercengkrama begini "Lha, kae...Tuminem geneo sambel sak layah dientekke kabeh? Kok mau ndadak ngomong ora doyan?" -- (Lha, itu...Tuminem mengapa sambal 1 cobek dihabiskan semua? Kok, tadi bilang ndak suka?)
Yang lain menjawab, "Lha nggih niku, ngomonge sengit karo sambel, ning malah ngentekke. Niku sing diarani 'sengit ning ndulit'." -- (Iya tuh, bilangnya nggak suka sama sambel, tapi malah ngabisin. Itulah yang disebut 'sengit ning ndulit').
---
Bilang tidak suka sambel - tapi menghabiskan - sengit ning ndulit.
Ini seperti beberapa kolom kehidupan, misalnya :
Well.., apa pun itu, adalah pelajaran.
Seandainya saya yang dihampiri si 'sengit' (khususnya ketika di-sengit-i), saya pastikan untuk mengajak si 'legawa', agar saya ingat untuk berbesar hati/ikhlas.
Tuhan sudah mengasihi kita, maka kita pun juga harus belajar semampunya - untuk mengasihi sesama.
Karena, bagi saya - "benci itu ada, karena belum tahu caranya suka"
May God bless us all as always